Selasa, 13 Juli 2010

Prinsip-prinsip Komunikasi

Joseph A. DeVito

KOMUNIKASI ADALAH PAKET ISYARAT,

Perilaku Komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket" (Pittenger, Hocket, & Danehy, 1960). Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum, Seluruh tubuh - baik secara verbal maupun nonveral - bekerja bersama-sama untuk menggungkapkan pikiran dan perasaan kita.

Pesan yang Kontradiktif


Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu dengan anda," tetapi berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai "pesan berbaur" oleh beberapa penulis). pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai pasangannya, berkasih-kasihan dengan orang lain, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh.

Ernst Beier (1974), misalnya, berpendapat bahwa pesan-pesan ini, yang dikatan sebagai "diskordansi" (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atau perasaan yang berbeda. Sebagai contoh, anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. hasilnya anda mengkomunikasikan kedua perasaan itu. satu secara verbal dan lainya secara nonverbal.


KOMUNIKASI ADALAH PROSES PENYESUAIAN


Komunikasi hanya akan terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama (Pittenger dkk., 1960). ini jelas terlihat pada orang-orang yang menggunakan bahasa yang berbeda. Anda tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan jika kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbendaharaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Budaya atau subbudaya yang berbeda, meskipun menggunakan bahasa yang sama, seringkali memiliki sistem komunikasi nonverbal yang sangat berbeda. Bila sistem ini berbeda, komunikasi yang bermakna dan efektif tidak akan terjadi.


KOMUNIKASI MENCAKUP DIMENSI ISI DAN HUBUNGAN


Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada diluar (bersifat ekstern) bagi pembicara dan pendengar. tetapi sekaligus. komunikasi juga menyangkut hubungan diantarakedua pihak (Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967). Sebagai Contoh, seseorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi (Kandungan, atau content) dan aspek hubungan (Relational).
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan - yaitu, bahwa bawahan menemui atasan setelah rapat.Aspek hubungan menunjukan bagaimana komunikasi dilakukan. bahkan penggunaan kalimat perintah sederhana sudah menunjukan adanya perbedaan status di antara kedua pihak: Atasan dapat memerintah bawahan. ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberikan perintah kepada atasan. hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan norma antara atasan dan bawahan.

ada temuan riset yang mengatakan bahwa kaum pria lebih memusatkan perhatian kepada dimensi isi dari pada pesan, sedangkan kaum wanita lebih memusatkan perhatian pada dimensi hubungan.


KOMUNIKASI MELIBATKAN TRANSAKSI SIMETRIS DAN KOMPLEMENTER


Hubungan dapat berbetuk simetris atau komplementer (Watzlawick dkk., 1967). Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lainnya mengangguk, jika yang satu menampakan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan diantara kedua orang yang bersangkutan.

dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan diantara kedua pihak dimaksimumkan. yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat yang lain lemah; pada masanya, budaya yang membentuk hubungan seperti ini.


RANGKAIAN KOMUNIKASI DIPUNKTUASI


Peristiwa komunikasi adalah transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar kedalam sebab dan akibat, atau kedalam stimulus dan tanggapan. Artinya kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini kedalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa diantaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan.

Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan Don Jackson, dalam buku mereka yang berpengaruh Pragmatics of Human Communication, memberikan istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi ini kedalam rangkaian stimulus dan tanggapan sebagai punktuasi (Punctuation). kita masing-masing mempunktuasikan rangkaian kejadian kontinyu kedalam stimulus dan tanggapan untuk kemudahan pemprosesan.

Jika kita menghendaki komunikasi yang efektif - jika kita ingin memahami maksud orang lain - maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. selanjutnya, kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang Unik dan bisa keliru.

KOMUNIKASI ADALAH PROSES TRANSAKSIONAL

@ Komunikasi adalah Proses

Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu hal yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. segala hal dalam komunikasi selalu berubah - Kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita.

@ Komponen-komponen Komunikas Saling Terkait

Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan setiap elemen lain. elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen. sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan ada umpan balik tanpa adanya penerima. karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sebarang elemen proses akan mengakibatkan perubahan pada elemen yang lain.

@ Komunikator Bertindak Sebagai Satu Kesatuan

Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi bereaksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai mahluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kongnitif. kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi kita ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalm film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita - pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. walaupun akta-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya berbeda.

KOMUNIKASI TAK TERHINDARKAN

Anda mugkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. dalam banyak hal memang demikian. tetapi sering kali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi.

Bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. Misalnya, jika kita melihat seseorang melirik kearah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif ataupun secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiripun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.

KOMUNIKASI BERSIFAT TAK REVERSIBEL.

Kita bisa membalikkan proses beberapa sistem tertentu. sebagai contoh, air bisa dirubah menjadi es, dan es dapat dirubah kembali menjadi air, dan itu dapat dilakukan berulang-ulang yang dinamakan proses reversibel. tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). prosesnya hanya dapat berjalan satu arah, tidak bisa dibalik. misalnya kita dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi kita tidak bisa membalikkan sari anggur menjadi bentuk buah anggur. Komunikasi termasuk sebagai proses seperti ini, proses tak reversibel.sekali kita mengkomunikasikan sesuatu maka tidak dapat ditarik kembali. hanya saja mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur kita sampaikan. kita bisa saja mengatakan seperti contoh, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak bermaksud mengatakan seperti itu". tetapi apapun yang kita lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan kita sebelumnnya, sekali telah dikirim dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia mengatakan, nasi telah menjadi bubur).

Prinsip ini merupakan beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali ucapan kita. pesan yang mengandung komitmen -- pesan "Aku cinta padamu" dengan segala macam variasinya - juga perlu diperhatikan. Jika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kita sesali. Dalam situasi komunikasi public atau komunikasi massa, dimana pesan-pesan didengar oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.


Semoga bermanfaat,
Trimkasih